Rabu, 09 Februari 2011

contoh makalah

BAB I


PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya manusia untuk bisa hidup ditengah perkembangan jaman yang semakin pesat, sebab pendidkan terarah pada peningkatan pengusaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan pengembangan diri peserta didik. Pengembangan diri ini dibutuhkan untuk menghadapi tugas-tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi, sebagai siswa, karyawan profesional, maupun warga masyarakat (Sukmadinata, 2003:4).
Bila mencermati uraian diatas dapat disimpulkan kualitas pendidikan menentukan kualitas dari seseorang, bila kualitas pendidikan baik maka akan membentuk pribadi-pribadi yang berkualitas juga, pada gilirannya nanti akan membentuk bangsa yang tangguh dan kuat karena memiliki kualitas yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan yang saling pengaruh antar pendidik dengan peserta didik (Sukmadinata, 2003:3). Dalam bahasa sederhana interaksi pendidikan ini di sebut proses belajar.
Ditinjau dari hakekat pendidikan secara umum pendidikan menurut Undang Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional diungkapkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dimasyarakat.
Di Indonesia pengajaran membaca sebagai keterampilan berbahasa sampai dewasa ini telah digunakan beberapa cara pada masa sebelum tahun 1925 sampai pecah perang dunia II digunakan the Alphabetic Methode (metode ABC), the phonic method, the ikey) words method dan the sentence (global methode) yang masing-masing tidak sesuai dengan struktur bahasa Indonesia (Soewargana, 1971 : 236-250). Sejak masa pendudukan Jepang di Indonesia diganti dengan “methode kupas rangkai suku kata” (the syllabic method), metode ini dinilai sesuai dengan Bahasa Indonesia yang sebagian besar berbentuk dari unsur suku kata (Soewargana, 1971:250-260).
Keterampilan berbahasa memang sangat penting karena merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk memperoleh ilmu. Oleh karena itu keterampilan berbahasa harus ditanamkan kepada siswa sejak dini.
Keterampilan berbahasa seseorang bergantung kepada kualitas dan kuantitas kosakata yang dimilikinya (Tarigan, 1993:2) yang merupakan awal kemampuan mengenal suatu ide dalam bentuk lambang, dalam hal ini lambang bunyi, merupakan tingkat membaca dasar yang perlu dibenahi dan diupayakan sedemikian rupa, karena ini merupan awal keterampilan berbahasa yang di pakai untuk melangkah ke tingkat keterampilan berbahasa berikutnya.
Karena kosakata merupakan komponen bahasa yang berperan dalam keterampilan berbahasa yang mencakup keterampilan menyimak, menulis, berbicara, dan membaca. Pada dasarnya kegiatan berbahasa di mulai dari penguasaan kosakata.
Mereka yang menguasai banyak gagasan atau dengan istilah lain orang yang luas kosakatanya dapat dengan mudah dan lancar mengadakan komunikasi dengan orang lain. Betapa kita sering tidak memahami pembicaraan orang lain hanya karena kita tidak cukup memiliki gagasan, kosakata atau orang yang di ajak bicara tidak cukup memiliki gagasan atau kosakata sehingga ia tidak sanggup mengungkapkan maksudnya secara jelas kepada kita (Gorys Kerap, 2001:44).
Upaya peningkatan keterampilan berbahasa harus dimulai dari penguasaan kosakata, penafsiran makna bahasa tergantung kepada penafsiran kosakata, walaupun penafsiran kosakata bukan satu-satunya cara memaknai bahasa. Penafsiran bahasa atau kosakata bukanlah unsur luarnya tetapi maknanya yang kontekstual, disesuaikan dengan sifat kearbiteran bahasa. Kosakata sebagai komponen inti bahasa merupakan jembatan penghubung kearah penafsiran yang tepat yang komunikatif. Penguasaan kosakata secara kuantitas dan kualitas merupakan kunci keterampilan berbahasa.
Secara umum di sekolah-sekolah diduga kuat bahwa tingkat keterampilan berbahasa siswa masih relatif rendah, ini dibuktikan kondisi riil di sekolah-sekolah yang ada di beberapa SD di Indonesia tersebut nilai rata-rata di bawah cukup. Dalam proses pembelajaran dikelas peserta didik sering kesulitan mengakses informasi yang di terimanya. Dengan rendahnya tingkat keterampilan berbahasa, proses pembelajaran sering mengalami hambatan sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai secara optimal. Untuk itu peningkatan keterampilan berbahasa siswa harus menjadi prioritas utama dan perlu di dukung dengan pendekatan yang dapat mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.
Pendekatan yang dipilih adalah pendekatan cara belajar siswa aktif yang disingkat CBSA. Pendekatan tersebut menyajikan bahan pembelajaran yang menuntut aktifitas secara keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang di pelajari. Siswa dilibatkan dalam memperoleh dan memproses informasi sehingga mereka memiliki pengetahuan, keterampilan sikap, dan nilai dan guru bukan satu-satunya sumber informasi dalam belajar dan bukan semata-mata berfungsi mentransfer ilmu saja, tetapi guru harus mampu membelajarkan peserta didik. Melalui pendekatan CBSA guru dituntut lebih aktif dan kraetif, serta mampu memfasilitasi, memotivasi, sehingga siswa aktif dalam belajar.
Berangkat dari uraian di atas. Kajian difokuskan pada model pembelajaran bahasa Indonesia melalui pendekatan CBSA dengan judul : Metode Keterampilan Berbahasa Melalui Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) di Sekolah Dasar.



B. Rumusan Masalah



Yang menjadi pokok permasalahan adalah rendahnya tingkat keterampilan berbahasa peserta didik, yang berdampak terhadap kualitas hasil belajar. Agar permasalahan tidak terlampau meluas, kajian ini dibatasi pada kondisi kosakata terhadap tingkat keterampilan berbahasa peserta didik.
Adapun rumusan masalah ini diuraikan dalam pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah keunggulan menggunakan metode CBSA di dalam pembelajaran bahasa Indonesi prestasi peserta didik lebih baik?
2. Apakah pendekatan metode CBSA layak digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia?
3. Apakah kekurangan atau kelemahan di dalam pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan metode CBSA?



C. Pemecahan Masalah



Untuk mencari informasi yang akurat dan dapat di pertanggung jawabkan tentang keterampilan berbahasa dan kontribusi penguasaan kosakata pada peserta didik SD terhadap keterampilan berbahasa siswa. Secara khusus tujuan ini di uraikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peran serta kosakata siswa terhadap keunggulan menggunakan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA).
2. Untuk mengetahui kelayakan pendekatan CBSA pada pembelajaran bahasa Indonesia pada upaya peningkatan keterampilan berbahasa Indonesia pada peserta didik di SD.
3. Untuk mengetahui kekurangan atau kelemahan menggunakan pendekatan CBSA pada pembelajaran bahasa Indonesia di SD.
D. Tujuan



Tujuan yang hendak di capai dalam kajian ini adalah ingin mengetahui kemajuan prestasi belajar siswa dalam penggunaan pendekatan metode cara belajar siswa aktif (CBSA) dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Secara rinci tujuan di maksud adalah ingin mengetahui tentang :
1. Kontribusi kosakata terhadap keterampilan berbahasa menggunakan pendekatan CBSA.
2. Penerapan pendekatan CBSA pada pelajaran bahasa Indonesia dalam peningkatan keterampilan berbahasa.
3. Kekurangan atau kelemahan dalam menggunakan pendekatan metode cara belajar siswa aktif (CBSA) di sekolah dasar.



E. Manfaat Kajian



Secara umum manfaat dari hasil kajian ini di dapat informasi baru tentang kemajuan siswa dalam menggunakan pendekatan metode cara belajar siswa aktif (CBSA) di sekolah dasar dengan rincian manfaat sebagai berikut :
1. Kontribusi kosakata terhadap keterampilan berbahasa dengan menggunakan pendekatan metode cara belajar siswa aktif (CBSA) di sekolah dasar.
2. Penerapan pendekatan CBSA pada pelajaran bahasa Indonesia dalam peningkatan keterampilan berbahasa.
3. Kekurangan atau kelemahan dalam menggunakan pendekatan metode cara belajar siswa aktif (CBSA) di sekolah dasar.



F. Sistematika Pembahasan



BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan masalah
C. Pemecahan masalah
D. Tujuan
E. Manfaat kajian
F. Sistematika pembahasan
BAB II ISI
A. Belajar sebagai proses yang komplek
B. Pengertian peningkatan keterampilan berbahasa
C. Pendekatan CBSA
D. Kosakata
E. Penguasaan kosakata
BAB III KESIMPULAN




BAB II
METODE KETERAMPILAN BERBAHASA
MELALUI PENDEKATAN CARA BELAJAR SISWA AKTIF
DI SEKOLAH DASAR



A. Belajar Sebagai Proses yang Komplek



1. Pengertian belajar
Pada proses pembelajaran di sekolah secara komprehensif yang ada di tingkat dasar sampai dengan tingkat tinggi, proses pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang paling penting dan pokok, maksudnya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana pembelajaran itu dilaksanakan.
Belajar sebagai salah satu perubahan tingkah laku (Surya, 1977:58). Syamsudin (2002:157) mengartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Arifin (1977:163) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses rangkaian respons yang terjadi dalam suatu rangkaian belajar mengajar yang berakhirnya pada terjadinya perubahan tingkah laku baik jasmani maupun rohani, dan Dahlan sendiri (TT:20) mengartikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang disebabkan individu mengadakan respons terhadap lingkungan.
Dari definisi belajar yang diungkap empat pakar kependidikan di atas, nampak ada kesamaan persepsi bahwa pada dasarnya pembelajaran itu tertuju pada suatu perubahan tingkah laku.
2. Faktor yang mempengaruhi Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan proses yang sangat kompleks. Berbagai faktor ikut serta mempengaruhi peserta didik ketika melakukan prosses pembelajaran. Interaksi antara sejumlah individu dalam lingkungan, ditambah terlibatnya lingkungan tempat sekolah berada, dan sekitar tempat tinggal peserta didik, turut serta membentuk kondisi yang kompleks dalam proses pembelajaran diantara guru dan peserta didik. Pendek kata faktor dalam atau faktor internal dan eksternal sera bersama-sama mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran yang hasilnya tercermin dalam tingkah laku peserta didik.
Natawija (1977:30) mengungkapkan bahwa ada dua faktor pada dasarnya yang turut serta mempengaruhi pembelajaran, yakni faktor belajar internal, dan faktor eksternal.
a. Kondisi Belajar Internal
Kondisi belajar internal marupakan suatu unsur yang mempengarui perbuatan belajar, dan unsur itu berasal dari dalam diri peserta didik sendiri (intering behavior) atau kemampuan dasar. Kemampuan dasar dimaksud mencakup aspek : 1) kematangan belajar, 2) belajar untuk belajar, 3) kemampuan belajar, 4) persepsi dan kempuan dasar.
b. Kondisi Belajar Eksternal
Kondisi belajar eksternal akan turut serta mempengaruhi perbuatan belajar, yang termasuk kondisi eksternal adalah : 1) kontinuitas, 2) latihan atau exercise, dan 3) penguatan.


B. Pengertian Peningkatan Keterampilan Berbahasa



Secara leksikal peningkatan adalah cara atau perbuatan meningkatkan Tarigan, (1994:23) mengungkapan bahwa peningkatan adalah upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas dengan mempelajari kaidah-kaidah bagi perubahan suatu jenis ke jenis yang lebih baik.
Keterampilan berbahasa adalah kemampuan menggunakan jenis petunjuk konteks bahasa atau unsur bahasa (kata) untuk menentukan makna bahasa. Maksudnya kemampuan seseorang akan berbahasa dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menafsirkan petunjuk kontek bahasa atau unsur bahasa (kalimat). (Tarigan 1977 :60).

Ropi`udin dan Damiati (1998/1999:106) mengungkapkan bahwa keterampilan berbahasa adalah kemampuan pengetahuan dan penguasaan kaidah tata bahasa, baik fonologi, morfologi, sinteksis dan sematik. Penguasaan aspek sosiolinguistik yang meliputi kemampuan mengenal kontek bahasa memilih ragam bahasa dan menggunakan fungsi bahasa yang sesuai dengan konteknya.
Clark, Chaedar (2004:27) mengemukakan keterampilan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk tujuan-tujuan kehidupan nyata. Tanpa melihat bagaimana kompetisi itu diperoleh kemahiran kerangka rujukan beralih dari ruang kelas menuju situasi nyata dimana bahasa itu digunakan.

Berdasarkan pengertian di atas, peningkatan keterampilan berbahasa menduduki peranan penting dalam kegiatan komunikasi, mengekpresikan diri, berintergrasi dan beradaptasi serta sebagai alat untuk berfikir. Dengan meningkatnya keterampilan berbahasa, sedikit demi sedikit penuturannya akan dapat memperbaiki gagasan tentang bagaimana seharusnya proporsisi bahasa diungkapkan.
C. Pendekatan CBSA
Pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan upaya untuk menciptakan suasana proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa agar siswa menyenangi dan antusias terhadap meteri pelajaran yang dihadapinya.
Istilah pendekatan atau approach diartikan cara, yaitu cara-cara penyajian bahan pembelajaran yang mencakup penentuan bahan, penyajian bahan, evaluasi dan merupakan suatu sistem untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pendekatan ada unsur psikis (Hastuti, 1996/1997:37).

Pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif), penyajian bahan pembelajaran yang menuntut aktifitas secara keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari.
Pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif) adalah sebagai aturan pembelajaran yang mengarah kepada pengoflisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dengan proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan pelibatan intelektual-emosional / fisik siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran, diarahkan untuk membelajarakan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. (Damiyati dan Medjiono, 2002:155).

Mengkaji pendapat Hastuti, dan Damiyati di atas bahwa pendekatan CBSA merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berfokus pada keaktifan siswa melibatkan intelektual-emosional dalam kegiatan belajar.
Dalam pendekatan CBSA, guru dituntut lebih aktif dan kreatif memfasilitasi serta memotivasi siswa sehingga siswa aktif dalam belajar.
Dengan pendekatan CBSA, guru bukan satu-satunya sumber informasi dalam belajar. Guru bukan semata-mata berfungsi sebagai pengajar, tapi guru harus mampu membelajarkan siswanya.
Maka dalam proses pembelajaran dengan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA) terjadi keterlibatan siswa melalui tiga proses. Yaitu proses asimilasi dari aspek kognitif, proses perbuatan langsung dan pengalaman serta penghayatan dan internalisasi nilai. Pada akhirnya terbentuklah pada diri siswa pengetahuan (knowledge) keterampilan (skill) serta nilai dan sikap (value and attiudes). Keterlibatan mental dan fisik dan emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa.



D. Penerapan CBSA



Peningkatan kadar CBSA dari suatu proses pembelajaran, berarti mengarahkan proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa, atau dengan kata lain menciptakan pembelajaran siswa.
Konsekuensi yang harus diterima dari adanya pembelajaran berdasarkan siswa, adalah: 1) Guru seorang pengelola dan perancang dari pengalaman belajar. 2) guru dan siswa penerima peran kerja sama. 3) Bahan-bahan pembelajaran dipilih berdasarkan kelayakan. 4) penting untuk melakukan identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar. 5) Siswa dilibatkan dalam belajar. 6) Tujuan ditulis secara jelas. 7) Semua tujuan diukur (Gale, 1975:2004).
Untuk mengoptimalisasi pembelajaran dengan pendekatan CBSA, Yamoto dalam Damiyati dan Mudjiono (2002:119), mengungkapkan bahwa proses pembelajaran yang optimal terjadi apabila siswa yang belajar maupun guru yang membelajarkan memiliki kesadaran dan kesengajaan melibatkan diri dalam proses pembelajaran pada diri siswa dan guru akan dapat memunculkan berbagai interaksi pembelajaran.

E. Kosakata



Para pakar bahasa memberikan pengertian tentang kosakata itu berbeda-beda. Badudu dan Zain (1996:720) menafsirkan bahwa kosakata adalah perbendaharaan kata. Maksudnya kekayaan kata yang dimiliki oleh seseorang dalam kegiatan kebahasaan seperti menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Kosakata atau perbendaharaan kata dapat diartikan sebagai berikut :
1). Semua kata terdapat pada suatu bahasa. 2) kekayaan yang dimiliki oleh seseorang pembicara atau penulis. 3) kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. 4) daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasannya secara singkat dan praktis (Soejito, 1998:1).
Kosakata atau biasa disebut perbendaharaan kata dapat berarti aneka bahasa, kosata dapat pula diartikan sebagai kata-kata yang disusun dan diberikan penjelasan seperti terdapat dalam kamus. Kosakata pun sebenarnya dapat diartikan sebagai kata yang digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu kosakata dapat diartikan sebagai jumlah kata atau pembendaharaan kata yang dimiliki oleh seseorang. D. Taringan (1995:160).

Adapun yang di maksud kosakata menurut pendapat Kridalaksana (1994:96) sebagaimana disebutkan dalam kamus linguistik bahasa, kosakata sama degan leksion, adalah (1) komponen bahasa yang memuat secara informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa. (2) kekayaan kata yang dimiliki oleh seseorang pembicara, penulis suatu bahasa, pembendaharaan kata. (3) daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, kosakata menduduki peranan penting dalam pengajaran bahasa. Penguasaan kosakata, dasar daripada keterampilan berbahasa. Untuk itu pengajaran kosakata di sekolah harus menjadi dasar bagi peningkatan keterampilan berbahasa siswa.
Berangkat dari batasan-batasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kosakata adalah sejumlah kata yang terdapat dalam bahasa atau suatu bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tertulis.

F. Penguasaan Kosakata



Unsur bahasa yang paling penting adalah kata atau kosakata. Dengan kata-kata kita berfikir, mengungkapkan gagasan atau ide. Semakin banyak kosakata yang kita kuasai semakin lancar pula kita berfikir untuk itu diperlukan penguasaan kosakata jumlah besar.
Keraf (1996:21) mengungkapkan bila kita menyadari bahwa kata merupakan alat penyalur gagasan, artinya semakin banyak kata yang dikuasai seseorang semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya.
Penguasaan kosakata dapat berupa reseptif dan penguasaan produktif, serta penguasaan penulisan.
1. Penguasaan kosakata reseptif
Reseptif adalah penguasaan yang bersifat pasif, artinya pemahaman-pemahaman hanya dapat dalam proses pemikiran. Bahasa yang bersifat pasif adalah dalam kegiatan menyimak dan membaca, sebagaimana yang diungkapkan oleh Haris dalam Nurgiantoro (1985:209-210) penguasaan reseptif pada dasarnya mencakup keterampilan membaca dan menyimak atau disebut juga proses decoding, yaitu proses usaha memahami apa-apa yang dituturkan orang lain baik lisan maupun tertulis.
Penguasaan kosakata reseptif yang dimaksud adalah pemahaman terhadap kosakata tertentu dalam suatu teks kalimat. Dengan kata lain penguasaan reseptif kosakata dalam wujud tulisan bukan dalam bentuk ujaran (menyimak).
2. Penguasaan kosakata produktif
Haris dalam Nurgiantoro (1985:209-210) mengemukakan bahwa penguasaan kosakata produktif mencakup keterampilan berbicara dan menulis atau disebut juga proses encoding yaitu proses usaha mengkomunikasikan ide pikiran, peranan melalui bentuk-bentuk kebahasaan.
Penguasaan kosakata produktif (aktif), adalah dengan cara mampu menerapkan kosakata yang bersangkutan dalam suatu teks kalimat. Dengan demikian akan jelas makna yang dikandung oleh kosakata tersebut. Penguasaan kosakata produktif disini tidak dimaksudkan untuk penguasaan secara ujaran lisan (berbicara).
3. Penguasaan kosakata penulisan
Penguasaan penulisan kosakata memiliki peranan penting dalam khasanah penulisan kosakata bahasa indonesia. Meskipun mampu memahami arti suatu kata dan menggunakannya dalam suatu teks kalimat, namun jika kita tidak menguasai tata penulisannya yang benar (sesuai EYD), maka dapat dikatakan belum menguasai kosakata yang bersangkutan secara sempurna.
Penguasaan penulisan kosakata yang dimaksud adalah penulisan kosakata yang benar dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
4. Aplikasi / penerapan
Dari hasil kajian deskriptif penulis dalam menganalisis proses pembelajaran bahasa Indonesia mengenai Metoda Keterampilan Berbahasa Melalui Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) di Sekolah Dasar, diduga kuat ada peningkatan. Dengan demikian upaya meningkatkan keterampilan berbahasa melalui cara belajar siswa aktif dapat sesuai dengan hasil yang baik.
Selama siswa memperoleh program keterampilan berbahasa melalui cara belajar siswa aktif tercacat bahwa : pertama, keterampilan berbahasa siswa dipengaruhi oleh orang terdekat dengannya. Kedua, kedalaman pengalaman siswa terhadap sesuatu akan mempengaruhi mudah dan sulitnya untuk membaca. Ketiga, pengalaman akan hal-hal kongkrit lebih memudahkan siswa dalam membaca. Keempat, belajar yang didasarkan pada keterampilan berbahasa siswa membuat belajar tanpa beban, sehingga kemungkinan berhasil akan sangat tinggi. Kelima, membaca dengan cara ini ternyata membuat siswa mampu menghubung-hubungkan pengalamannya dalam rangkaian yang logis dan sistematis serta menunjukan kreativitas bahasa dan daya kritis siswa yang semakin lama semakin meningkat. Ini merupakan dampak pengiring yang sangat positif dan sangat dibutuhkan oleh siswa dalam mengembangkan pemahamannya tentang bacaan. Keenam, pengajaran membaca berdasarkan Metoda Keterampilan berbahasa dapat membuat siswa mampu membaca secara tuntas, dalam arti membaca kata dengan segala macam rangkaian huruf yang menyusunnya, baik dalam konteks frasa, klausa, kalimat, maupun dalam konteks wacana yang panjang. Ketujuh, siswa ternyata dapat belajar secara efisien dalam satu kesempatan.

















BAB III
KESIMPULAN

Pada bagian kesimpulan dikemukakan pokok yang mendasari isi makalah sebagai berikut :
Keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan berbahasa tingkat awal merupakan hal; yang sangat penting, karena akan menjadi dasar pengembangan keterampilan berbahasa selanjutnya. Menyadari pentingnya hal tersebut maka perlu diupayakan suatu model pengajaran dengan pendekatan cara belajar siswa aktif. Sehubungan dengan itu, keterampilan berbahasa dapat dipilih sebagai salah satu upaya untuk maksud tersebut. Hal ini didasarkan pada temuan yang diperoleh dari makalah yang telah ditulis ini bahwa keterampilan berbahasa melalui pendekatan cara belajar siswa aktif pada siswa SD, ternyata keaktifan nampak, sehingga hasil belajar menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Tingkat keterampilan berbahasa yang dimulai dengan pengenalan kosakata, dan penggunaan kosakata dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, sangat disenangi siswa, lebih mudah siswa mengekpresikan melalui bahasa sendiri.
Keterampilan berbahasa melaui cara belajar siswa aktif kiranya dapat dilaksanakan dengan cara penyelenggaraan program yang fleksibel (dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja siswa ingin belajar serta dengan topik apa saja yang diminati siswa), maka tampaknya keterampilan berbahasa ini dapat digunakan oleh para orang tua khususnya guru untuk melatih membaca siswa-siswanya dalam memasuki bangku sekolah dasar.
Meskipun dari studi kasus yang dilakukan dalam keterampilan berbahasa melalui cara belajar siswa aktif memberikan hasil yang sedemikian baik namun perlu diingat bahwa hasil tersebut diperoleh dari seorang siswa yang kondisi lingkungannya dapat memungkinkan ia berhasil. Untuk suatu hasil yang lebih baik dan sempurna, penulis sarankan kepada para pembaca berikutnya untuk melakukan pengamatan mengenai penggunaan keterampilan berbahasa melalui cara belajar siswa aktif dalam pengajaran membaca awal dengan objek lebih dari satu siswa. Dapat dipilih dua atau tiga siswa bahkan lebih, yang berbeda jenis kelaminnya, latar belakang, sosial, ekonomi, dan budayanya dari siswa-siswa yang diteliti, diupayakan juga adanya jarak antara penulis dan siswa-siswa yang diamati (bukan sebagai ibu dan siswa seperti pada pengamatan yang dilakukan), sehingga akan diperoleh hasil yang lebih jelas mengenal kebaikan dan kekurangan keterampilan berbahasa melalui cara belajar siswa aktif ini bila akan diterapkan untuk pengajaran membaca siswa-siswa di Indonesia.
Keterampilan berbahasa melalui cara belajar siswa aktif ini lebih sesuai digunakan untuk pengajaran individual, kelompok kecil maupun kelompok besar. Oleh karenanya bila ini akan digunakan di dalam kelas perlu dipertimbangkan aspek waktu yang diperlukan, juga heterogenitas siswa yang berada di dalam kelas itu. Namun demikian upaya ini masih dapat dimanfaatkan untuk pengajaran di sekolah bagi siswa-siswa yang mengalami hambatan dalam membaca (pengajaran remedial). Pengajaran di dalam kelas dapat menggunakan pendekatan ini bila ada penyeragaman pengalaman siswa yang dapat dilakukan melalui pengelompokkan berdasarkan minat maupun latar belakang pengalamannya.
DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud, (2001), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Nasution, S. (1998), Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bina Aksara.

Dahar, R (1998), Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlanga.

Tarigan, HG (1998), Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa, Bandung: Sinar Baru.

Tarigan, HG (1992), Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Pengajaran Pembelajaran Bahasa, Bandung: FPBS IKIP Bandung

AZIS, F (2004), Pengajaran Bahasa Komunikatif, Bandung: Remaja Rasdakarya